BAB 3 : Pengertian Individu dan Perkembangan
KELOMPOK : 1
NAMA : EDWINA CAROLIN PIETERSZ
NPM : 12110254
KELAS : 1 KA 24
KELOMPOK : 1
NAMA : EDWINA CAROLIN PIETERSZ
NPM : 12110254
KELAS : 1 KA 24
Pengertian Individu
Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi.. individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia (Abu Ahmadi, 1991: 23). Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya,malainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan: pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga memengaruhi masyarakat (Hartomo, 2004: 64).
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyrakat yng menjadi latar belakang keberadaanya. Individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya.
Manusia sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses pembentukan pribadi.
Perkembangan Individu
Manusia pada waktu lahir tampaknya sangat lemah namun bayi mempunyai banyak kemungkinan untuk berkembang. Bayi berproses menjadi anak dan anak akan berkembang menjadi dewasa. Prinsip-prinsip perkembangan pada manusia adalah sebagai berikut:
1) Perkembangan mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur.
2) Perkembangan menuju diferensiasi dan integrasi dari gerakan-gerakan yang bersifat masal menuju gerakan-gerakan khusus.
2) Perkembangan menuju diferensiasi dan integrasi dari gerakan-gerakan yang bersifat masal menuju gerakan-gerakan khusus.
3) Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba tetapi berlangsung secara berangsur-angsur secara teratur dan terus-menerus.
4) Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan sebelumnya.
5) Perkembangan antara anak satu berbeda dengan anak lain, baik dalam perkem-bangan masing-masing aspek kejiwaannya maupun cepat atau lambatnya perkembangan tersebut.
4) Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan sebelumnya.
5) Perkembangan antara anak satu berbeda dengan anak lain, baik dalam perkem-bangan masing-masing aspek kejiwaannya maupun cepat atau lambatnya perkembangan tersebut.
Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap individu dan khususnya terhadap pembentukan individualitasnya adalah besar, namun sebaliknya individu pun berkemampuan untuk mempengaruhi masyarakat. Kemampuan individu merupakan hal yang utama dalam hubungannya dengan manusia.
PENGERTIAN PERTUMBUHAN
Menurut para ahli yang menganut aliran asosiasi berpendapat,bahwa pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi..Dapat disimpulkan pengertian tentang proses asosiasi adalah terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena adanya pengaruh.
Lain halnya dengan pendapat dari aliran psikologi Gestalt tentang pertumbuhan..Menurut para ahli dan aliran ini bahwa pertumbuhan adalah proses diferensiasi.Menurut proses ini keseluruhan yang lebih dulu ada,baru kemudian menyusul bagian-bagiannya.Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan itu adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu secara keseluruhan baru baian-bagiannya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
a) Pendirian nativistik
Menurut para ahli dari golongan ini menunjukkan berbaagai kesempatan ataukemiripan antaraorang tua dengan anaknya.Misalnya dengan adanya suatu keahlian yanga dimiliki oleh salah atu orang tua maka kemungkinan besar sang anak pun akan memiliki keahlian yang sama.b) Pendirian Empiristik dan Environmentalistik.
Pendirian ini berlawanan dengan pendirian nativistik.Para ahli berpendapat,bahwa pertumbuhan individu semata-mataa tergantung pada lingkungan sedang dasr tidak berperan sama sekali.Pendirian semacam inidisebut pendirian yang environmentalistik.c) Pendirian konvergensi dan Interaksionisme
Kebanyakan para ahli mengikuti pendirian konvergensi dengan modifikasi seperlunya.Nampak lain dengan konsepsi konvergensi yang berpandangan oleh dasar(bakat) dan lingkungan.
STUDI KASUS
sumber :
STUDI KASUS
sumber :
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/04/16/0327201/gawat.tak.gengsi.lagi.punya.anak.banyak "Maaf Pak,… saya malu. Tapi harus bertanya," kata Syafrial (37) dengan sedikit tertunduk. "Kalau divasektomi, apakah 'barang' saya masih bisa bangun?" katanya dengan mimik muka serius. Pertanyaan itu dilontarkannya kepada Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana yang mendatangi Kampung Pasir Putih, Kota Batam. Dia ingin divasektomi karena istrinya menderita hipertensi sehingga merasa tidak cocok ikut program Keluarga Berencana (KB) dengan pil. Jika tidak ikut program KB, khawatir anaknya bakal bertambah lagi. "Padahal, punya anak empat sangat repot," kata Syafrial yang sehari-hari menjadi sopir angkutan kota. Rangkuti (39), warga kampung yang sama, juga tertarik ikut vasektomi karena kasihan pada istrinya yang terus-menerus melahirkan hingga mempunyai lima anak dan yang terkecil berumur 2,5 tahun. Untuk ikut KB, istrinya merasa belum ada alat kontrasepsi yang cocok. "Pakai pil harganya murah, cuma Rp 5.000 isi 28-30 tablet. Cukup untuk sebulan. Tapi badan rasanya menjadi tidak enak," kata Utnaini (34), istri Rangkuti yang menderita hipertensi. Dia juga mencoba KB suntik dengan biaya Rp 35.000 sekali suntik, tetapi tetap merasa tidak cocok. "Biarlah saya yang mengalah dengan vasektomi. Kalau menggunakan kondom, rasanya kurang nyaman," kata Rangkuti yang sehari-hari menjadi buruh lepas. Ny Arbaiyah (35) semula tak setuju suaminya, Sudarsono (39), warga Kecamatan Batuaji, Kota Batam, ikut vasektomi. "Saya kan khawatir nanti terjadi apa-apa," ujarnya tertawa. Namun, setelah bertanya ke banyak pihak, akhirnya ia setuju suaminya ikut vasektomi. Bukan gengsi Baik Syafrial, Rangkuti, maupun Sudarsono mengikuti program KB karena tekanan ekonomi. Beban berat menanggung biaya hidup keluarga dengan anak banyak menyebabkan mereka memilih program KB untuk membatasi kelahiran. Begitu pun sejumlah ibu-ibu di Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam, serta kota-kota lainnya di Tanah Air, mereka ikut program KB karena dorongan ekonomi. Tidak salah. Namun, alangkah baiknya jika keikutsertaan mereka dalam program KB sejak awal ketika anaknya belum banyak, serta dilakukan penuh perencanaan sehingga beban ekonomi tidak terlampau berat. "Ikut program KB idealnya karena kesadaran untuk membentuk keluarga sejahtera," kata Ida B Permana, Kepala Puslitbang Keluarga Berencana/Kesehatan Reproduksi (KB/KR), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Di kalangan masyarakat, rasa malu atau "gengsi" jika memiliki anak banyak juga mulai pudar. Padahal, pada masa Orde Baru, masyarakat akan merasa bangga jika memiliki anak dua sesuai anjuran pemerintah. Mereka pun kerap menjadi contoh atau panutan masyarakat sekelilingnya. Kini, sejumlah elite politik maupun elite masyarakat dengan rasa bangga memberi contoh anaknya banyak. Bahkan saat pemilu legislatif beberapa waktu lalu, sejumlah partai politik dengan terang-terangan menghujat program KB. Spanduk berisi hujatan program keluarga berencana terpampang di sejumlah ruas jalan di Ibu Kota. "Secara politis, dukungan terhadap program KB memang tidak sekuat dulu," kata Permana. Bahkan dalam sidang kabinet, menurut panelis lain, institusi keluarga berencana sering kali tidak dilibatkan. Itulah sebabnya persoalan-persoalan kependudukan tidak sampai ke pucuk pengambil kebijakan tertinggi, dalam hal ini presiden, tetapi cuma sampai di tingkat menteri koordinator. Pemerintah pusat juga tidak lagi memberikan penghargaan bagi daerah yang sukses dalam program KB seperti masa Orde Baru dulu. Di sisi lain, sejumlah pemerintah daerah, terutama hasil pemekaran di luar Jawa, juga terkesan tidak mendukung atau setengah hati melaksanakan program KB. Ini dilakukan sebagai bentuk "protes" kepada pemerintah pusat. Pertimbangannya, selama ini perhitungan dana alokasi umum (DAU) dihitung berdasarkan jumlah penduduk. "Pola ini dirasakan tidak adil oleh sejumlah daerah di luar Jawa yang wilayahnya sangat luas tetapi jumlah penduduknya sangat sedikit," kata Muhadjir Darwin, Kepala Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada. Itulah sebabnya daerah-daerah tersebut membiarkan angka pertumbuhan penduduknya cukup tinggi dan tidak serius melaksanakan program KB. Pertumbuhan penduduk yang tinggi juga mereka maksudkan untuk menjaga keseimbangan jumlah etnis lokal dari derasnya arus pendatang. Beban pemerintah Pertumbuhan penduduk yang tinggi bukan hanya menjadi beban bagi pemerintah pusat, tetapi di era otonomi daerah juga menjadi beban bagi pemerintah daerah. "Pemerintah daerah harus menyediakan sekolah, perumahan, fasilitas sosial, dan anggaran kesehatan untuk warganya," kata Nina Sardjunani, Deputi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Bidang SDM dan Kebudayaan Bappenas. Karena itu, langkah yang dilakukan Pemerintah Kota Batam dengan memberikan insentif Rp 250.000 kepada setiap peserta program vasektomi untuk mengendalikan jumlah penduduk merupakan langkah yang patut ditiru dan menguntungkan semua pihak. Bagi masyarakat, insentif ini sangat bernilai secara ekonomis. Sebaliknya bagi pemerintah kota, lebih efisien memberikan insentif dibandingkan mereka harus membangun beragam fasilitas akibat pertumbuhan penduduk yang tak terkendali. Namun tak semua pemerintah daerah serius mengendalikan penduduk melalui KB, termasuk KB dengan sasaran pria seperti vasektomi dan penggunaan kondom. Terbukti dari target peserta vasektomi sebanyak 21.286 orang, yang tercapai sampai Februari baru 1.485 orang di seluruh Tanah Air. Adapun untuk kondom, dari target 904.300 orang baru tercapai 16.080 orang. Tampaknya program keluarga berencana harus lebih gencar dilakukan jika bangsa ini di kemudian hari tak mau menuai bencana.
OPINI :
pada hakikatnya manusia adalah individu yang harus saling berbagi dan berinteraksi dengan individu lain.
Bila manusia itu tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, maka akan terjadi kekacauan dimana-mana. Ledakan penduduk adalah salah satunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar