Nama : edwina carolin pietersz
Kelas : 1KA24
NPM : 12110254
Ungkapan cinta dan kasih sayang bukan semata-mata ungkapan sederhana akan tetapi mengandung makna yang terstruktur. Dari urutan kata “ cinta dan kasih sayang “ sebenarnya terbalik. Semestinya diucapkan “Sayang, kasih dan cinta”. Alasannya diambil dari sudut pandang penulis dalam kaitannya dengan hubungan pria wanita dalam kepentingan mereka mencari keturunan sehingga mereka sepakat untuk merajut tali cinta hingga jenjang pernikahan. Sesungguhnya cinta adalah tingkatan tertinggi dari rasa sayang dan kasih terhadap sesuatu ataupun orang lain. Contoh jka kita mencintai seseorang, sebelum langkah semakin jauh untuk menikah maka semestinya di awali oleh rasa sayang, kasih dan cinta. Apakah mungkin seseorang sebelum bertemu sudah mencintai seseorang ? Tentu tidak.
Rasa sayang di awali dengan rasa suka dan simpati terhadap seseorang. Rasa suka dan simpati tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah :
Insting atau Naluri
Insting dan naluri adalah sifat dasar yang dibekali oleh Tuhan pada setiap mahluk termasuk hewan. Insting dan naluri adalah hal yang bersifat menurun dari generasi ke generasi yang tidak dipelajari. Ia timbul secara spontan tanpa direncanakan dan terkadang tidak masuk akal. Tetapi hal itu ada. Rasa suka karna disebabkan oleh insting dan naluri sulit untuk dijelaskan dengan akal sehat, karna dalam kenyataanya seseorang menurut pandangan kita tidak mungkin suka dengan seseorang. Karna kita sering berada dalam ranah fikir logis. Akan tetapi insting dan naluri terkadang tidak logis. Rasa suka karna insting dan naluri jika proses interaksinya berlanjut maka akan tiba pada ranah sayang. Rasa sayang dapat terjadi sepihak atau mendapat respon dari pihak lain. Jika hubungan “nyambung” maka berlanjut ke tahapan kasih yaitu suatu keadaan saling pengertian dan saling memberi. Akan tetapi terkadang masih ada unsur pamrih. Nah tahapan akhir dari proses tersebut adalah cinta. Dimana seseorang sudah dapat lepas dari unsur pamrih baik memberi atau menerima yang semuanya atas nama cinta. Para pihak yang terlibat dalam proses interaksi tersebut sudah terbebas dari keterbatasan masing-masing pihak. Mereka saling menerima dan saling memberi tanpa paksaan dan iklas. Indikasi yang tampak adalah masing-masing saling ketergantungan dengan rasa tanggungjawab, kemauan pengorbanan yang iklas tanpa unsur paksaan. Apabila suatu hubungan pernikahan sudah sampai pada ranah tersebut maka baru dapat dikatakan cinta sejati. Harapan untuk mencapai ketentraman hidup bukan hanya sekedar isapan jempol belaka.
Dalam beberapa kasus terkadang tahapan suatu hubungan baru sampai pada tataran sayang dan kasih dimana pembebasan diri dari kepentingan diri dan hanya untuk cinta belum tercapai merupakan hubungan yang rawan. Dimana suatu saat dengan hanya disulut cemburu dan tidak percaya maka hubungan mereka dapat retak yang tak jarang berujung pada perceraian. Kadangkala tahapan gejolak rumah tangga adalah merupakan bumbu tersendiri bagi suatu hubungan dimana setiap pasangan pada umumnya mengalami tahapan tersebut akan tetapi pada intensitas, tingkat gejolak dan frequensi yang beragam. Dalam hal ini para pihak yang terlibat harus mempunyai pengendalian diri yang baik dan mampu menahan diri sehingga badai dan cobaan yang mencoba mengganggu bahtera rumah tangga mereka dapat dilalui. Jika masa kritis tersebut dapat dilalui maka kebahagiaan kehidupan rumah tangga sudah menunggu mereka.
Sesungguhnya masa kritis tersebut dapat dijelaskan sebagai tahapan pencarian pembebasan diri dari kepentingan diri yang bersifat egoistis untuk kepentingan bersama (berdua). Bayangkan saja dua insan yang hanya bermodalkan buaian kata suka, sayang dan kasih disatukan, padahal mereka datang dari latarbelakang keluarga yang berbeda. Dimana proses pembentukan karakter diri di masing-masing asal keluarga berbeda. Ibarat baut baru yang bertemu dengan mur yang baru maka akan terjadi proses penyesuaian.
Jika proses penyatuan dua pribadi tersebut dipandang sebagai suatu proses belajar maka psikologi pendidikan dapat menjelaskannya. Dari sudut psikologi pendidikan hal ini dapat dijelaskan bahwa pengalaman belajar masing-masing yang berbeda sehingga menghasilkan konsep pada struktur kognitif seseorang yang berbeda pula. Pada saat mereka bersama akan terjadi proses adaptasi. Dimana dalam proses adaptasi tersebut terjadi proses akomodasi dan asimilasi. Teori kognitif Peaget menyatakan ada tiga proses yang terjadi dalam interaksi belajar yaitu akomodasi, asimilasi dan equilebrium. Akomodasi adalah proses mengambil seluruhnya yang sesuai dengan konsep yang sudah ada. Asimilasi adalah proses penyesuaian dimana konsep lama dirubah sesuai dengan konsep baru yang diterima. Sedangkan equilebrium adalah proses akhir yang menyeimbangkan sehingga terjadi penyatuan.
Persamaan Nasib
Urutan pernyataan sikap dari suka, sayang, kasih dan cinta dapt terjadi karna persamaan nasib. Bayangkan saja jika karna sesuatu yang bersifat extraordinary maka dua insan pria wanita terjebak di suatu pulau terpencil padahal mereka sebenarnya sudah memiliki pasangan. Benih cinta yang sebenarnya diawali oleh rasa suka dilanjutkan dengan sayang, kasih berakhir dengan cinta. Bagaimana dengan pasangan sebelumnya, tentu saja kita tidak dapat memvonis mereka tidak setia, pada kasus ini adalah seperti dinyatakan di atas adalah kasus yang bersifat extraordinary (kejadian luar biasa).
Persamaan nasib sebenarhya di awali dengan pergaulan biasa layaknya pertemanan. Proses panjang yang melibatkan mereka dalam interaksi keseharian mengakibatkan di antara mereka saling belajar tentang pribadi masing-masing. Setelah mereka saling memahami maka akan timbul rasa sayang yang tidak mereka sadari. Tahapan berlanjut ke tahapan kasih dimana satu sama lain akan berbagi suka maupun duka. Berikutnya adalah tahapan puncak aktualisasi dari suka, sayang dan kasih yaitu cinta.
Saling Membutuhkan dan Saling Melengkapi
Suatu situasi tertentu dimana dua insan yang menyadari keterbatasan masing-masing berusaha melengkapi kekurangan mereka dengan mencari pasangan. Suatu masalah yang mereka sadari bahwa mereka mempunyai kekurangan adalah bagaimana mencari keturunan. Dimana manusia sesuai kodratnya tidak dapat membuat keturunan hanya melibatkan satu individu. Pria sudah tentu membutuhkan wanita. Motif timbulnya perasaan suka dalam hal ini adalah semata-mata karna ingin memperoleh keturunan sehingga terjadilah rasa sayang yang diikuti oleh rasa kasih dan diakhiri oleh cinta.
Individu yang terlibat dalam proses ini biasanya yang memiliki karakter pendewasaan diri yang sudah cukup matang dimana mereka berdua merencanakan secara matang setiap langkah mulai dari penjajakan hinga proses perkawinan. Mereka menyadari bahwa mereka masing-masing memiliki kekurangan dan berusaha melengkapinya dengan kehadiran pasangan. Biasanya proses penyatuan menuju cinta sejati melalui proses yang flat dan minim gejolak.
Pemaksaan
Situasi tertentu yang memaksa satu pihak bersatu dengan orang lain karna unsur paksaaan. Biasanya hal ini terjadi pada kasus kawin paksa dan perjodohan. Awal proses pengenalan akan terjadi penolakan baik secara nyata atau
tersembunyi di hati di antara dua insan yang terlibat. Jika proses ini berlangsung lama dan kondisi lingkungan yang mendukung maka proses pembelajaran sesuai teori psikologi pendidikan akan terjadi dan tahapan tahapan normal proses aktualisasi rasa suka, sayang, kasih dan cinta akan terjadi. Tetapi apabila proses tersebut pada suasana yang tidak mendukung seperti misalnya lingkungan yang kurang mendukung, tidak adanya kesadaran saling melengkapi antara dua insan, tidak adanya kemauan dan komitmen untuk meraih cinta dan tidak adanya insting dan naluri cinta maka kehambaran hubungan akan terjadi, sehingga kemungkinan mencapai rumahtangga yang tenteram, bahagia dan sejahtera akan sangat tipis.
Hubungan Cinta Kasih dan Sayang Antara Orang Tua dan Anak
Berbeda dengan hubungan antara pria wanita, rasa sayang antara anak dan orang tua tidak memerlukan rasa suka karna sejatinya aktualisasi suka sudah ada sejak bayi lahir. Demikian juga aktualisasi sayang, kasih dan cinta sudah ada semenjak si bayi lahir. Hal tersebut terjadi spontan berdasarkan naluri yang tidak dipelajari. Tidak juga tergantung pada situasi dan nasib tertentu . Secara umum hubungan cinta antara orang tua dan anak dalam prosesnya berlangsung sepihak yaitu si orang tua memberikan cintanya secara aktif dan si anak menerimanya secara pasif.
Yang membedakan antara cinta pria wanita dengan orang tua dan anak adalah motif dan tujuannya. Antara orang tua dan anak hubungan cinta bersifat tidak memiliki dan suatu saat mereka merelakan anak mereka dicintai orang lain berdasarkan cinta pria wanita. Sedangkan hubungan cinta pria wanita, bersifat memiliki dimana mereka adalah satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dan tidak satupun phak ke tiga yang dapat mengklaim kepemilikan sah hubungan suami istri.
Hubungan Cinta dan Kasih Sayang Antara Manusia dan Tuhan
Hubungan cinta dan kasih sayang antara manusia dan Tuhan sering diistilahkan dengan spiritualisme. Dimana spiritualisme adalah suatu paham pengkultusan kepada Sang Pencipta yang diaktualisasikan dengan pemujaan dalam berbagai bentuk sesuai dengan situasi kultural suatu sistem kemasyarakatan. Kecintaan kepada Tuhan adalah wujud dari rasa terimakasih yang kepadanya atas jasanya yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya.
Bentuk ungkapan terimakasih tersebut sangat beragam dari ungkapan yang bersifat primitif hingga logis dan cerdas. Masyarakat primitif yang sedang dalam pencarian akan keberadaan Tuhan mewujudkan keyakinan mereka dengan cara menyembah batu, pohon dan benda maupun tempat yag dianggap keramat lainnya. Sedangkan wujud masyarakat peralihan adalah dengan mewujudkan rasa terimakasih mereka dengan berdoa langsung kahadapannya dengan menggunakan berbagai sarana terbaik yang mereka miliki. Salah satu wujud cinta adalah pengorbanan, maka pengorbanan yang terbaiklah yang dilaksanakan untuk mengungkapkan terimakasih kita kehadapannya. Terdapat beberapa aliran yang sengaja bunuh diri lantaran ingin mengungkapkan rasa cinta mereka kehadapan Tuhan.
Dengan semakin berkembangnya zaman dan moderenitas tak dapat dihindari sementara wujud cinta kehadapan-Nya adalah mutlak dan absolut, maka wujud cintapun berubah menjadi lebih logis. Kenapa logis karna moderenitas tak terlepas dari unsur ilmiah dan logis. Memang sejatinya terdapat unsur cinta yang berupa insting yang kadang berada di luar nalar. Atau dikatakan cinta buta. Tapi dari sekian banyaknya manusia di muka bumi ini hanya sebagian kecil sekali yang membabi buta mengungkapkan cintanya kehadapan-Nya. Berhubungan dengan hal tersebut wujud terimakasih kehadapan-Nya bergeser dari pemujaan berlebihan ke arah kegiatan produktif yang mendukung pelestarian spesies manusia di muka bumi ini. Seperti kegiatan pendidikan, peduli lingkungan hidup, gerakan peduli sesama berupa kegiatan bakti sosial, belajar dengan tekun, bekerja untuk kesejahteraan keluarga, menjadi peminpin yang dicintai rakyatnya, melaksanakan proses pembangunan bangsa berkelanjutan, pembinaan aspek moral yang berkelanjutan, membina hubungan baik antar suku, golongan, agama dan negara, melakukan penelitian ilmiah pada berbagai disiplin ilmu, menerapkan teknologi tepat guna dalam mengeksplorasi alam baik di bumi maupun di ruang angkasa dengan tujuan agar spesies manusia tetap eksis di muka bumi ini.
Uraian di atas sesuai dengan ajaran Hindu dalam kerangka mencari, merindukan dan mencintai Tuhan yang dinyatakan dalam berbagai jalan yaitu Bakti Marga, Karma Marga, Jenana Marga dan Yoga Marga. Sesungguhnya filosofis Hindu sudah sadar betul akan tingkatan peradaban budaya manusia dari zaman ke zaman. Kenapa Bakti Marga di tulis paling awal ? Karna memang kegiatan bakti marga adalah kegiatan mengungkapkan rasa cinta kepadanya dengan bakti. Pelaksanaan riilnya sebenarnya sudah kita laksanakan secara rutin terutama untuk umat Hindu. Ke dua ditulis Karma Marga karna sarana lain untuk mengungkapkan rasa cinta adalah berbuat sesuatu yang baik demi kesejahteraan, ketentraman dan kedamaian umat manusia. Jenana Marga pada urutan ketiga adalah untuk mengantisipasi kekritisan umat manusia dalam melakukan pencarian dalam usaha mencintai Tuhan. Dimana manusia dibekali akal sehat untu mencari sendiri kebenaran itu. Sehingga dengan demikian apakah kita salah untuk mengkritisi ? Apakah salah kita sebagai mahluk Tuhan dalam usaha kita untuk mencari kebenaran dalam usaha mencintainya mencari ilmu, belajar menggunakan akal sehat ? Hendaknya ini perlu menjadi renungan kita bersama, apakah kebebasan berfikir di ranah sosial saat ini sudah demikian ? Yang terakhir adalah Yoga Marga yaitu suatu tataran tertinggi dalam usaha mencintai Tuhan yang dapat dicapai dengan konsentrasi penuh, menyatukan fikiran mendekat kepadanya. Tahapan terakhir ini adalah yang paling sulit dan menurut sejarah katanya pernah dilakukan oleh beberapa wiku zaman dulu. Mengapa saat ini jarang ada rohaniawan yang berani mengklaim sudah melakukan penyatuan dengan Tuhan melalui jalan Yoga Marga ?
Cinta dan Kasih Sayang Terhadap Masyarakat Bangsa dan Negara
Cinta dan kasih sayang juga diwujudkan dalam konteks bersaudara, bermasyarakat , berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini wujud suka, sayang dan kasih timbul akibat kepentingan. Beberapa orang bergabung membentuk komunitas , beberapa komunitas bergabung membentuk kumpulan masyarakat yang heterogen yang memiliki kepentingan yang sama melalui suatu keonsensus mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Demikian halnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Cita-cita mewujudkan tujuan bersama menjadikan paham kebangsaan menjadi suatu ideologi yang digunakan sebagai spirit kebangsaan. Dengan semangat, motivasi dan spirit kebangsaan maka segala proses menuju cita-cita masyarakat dan bangsa akan tercapai.
Oleh karna rasa cinta didasarkan oleh latar belakang kepentingan yang sama pada suatu kawasan yang tertentu maka rasa cinta bibatasi oleh kepentingannya tersebut. Oleh karna regenerasi tersebut berjalan terus sementara spirit kebangsaan terus diperlukan maka ungkapan rasa cinta bangsa harus senantiasa dibangkitkan melalui program pendidikan dan penyelenggaraan iven yang menyulut semangat kebangsaan dilaksanakan secara rutin. Misalnya pembelajaran mata pelajaran PPKn di sekolah, penyelenggaraan iven olah raga, pembelajaran mata pelajaran seni suara untuk melatih menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan kegiatan lainnya.
Peranan Cinta dan Kasih Sayang Dalam Budaya
Salah satu unsur pendukung perkembangan budaya adalah ungkapan rasa cinta, kasih dan sayang. Dengan spirit cinta maka manusia dapat berkreativitas menciptakan sesuatu. Hasil ciptaannya adalah salah satu unsur yang sangat berguna bagi perkembangan budaya. Contohnya adalah karna cinta dengan istrinya Kaisar Mongolia mempersembahkan Taj Mahal kepada istrinya, demikian juga kisah Taman Gantung yang fenomenal di Timur Tengah adalah hadiah raja kepada istrinya.
Karna cinta seoarang pria membuatkan mainan dan mengerjakan sesuatu untuk kesenangan anak dan istrinya. Cinta kepada masyarakat dan negara para ahli menemukan dan menciptakan suatu penemuan dan karya yang bermanfaat untuk masyarakat, bangsa, negara dan bahkan masyarakat internasional. Atas nama cinta manusia rela beryadnya sebagai ungkapan terimakasih kehapan Tuhan Yang Maha Esa..
Hasil karya tersebut adalah berperan sangat penting dalam perkembangan kebudayaan manusia secara keseluruhan. Dari masa dan dari zaman ke zaman atas nama cinta manusia tetap eksis dan berkarya di muka bumi ini. Bahkan atas nama cinta Tuhan dan kemanusiaan manusia sudah berkarya untuk mencari kemungkinan hidup di tempat lain di jagat raya ini, demi kontinyuitas eksistensi manusia. Karna bukan tidak mungkin kelak di bumi ini tidak lagi layak untuk di huni.
Sumber : Teacher Creative Corner
Tidak ada komentar:
Posting Komentar